Pada suatu hari disebuah desa terdapat sebuah rumah gubuk yang sangat sederhana. Tinggallah seorang lelaki yang agak tua bernama Pak Harun yang hidup sebatang kara. Dulu beliau seorang pejuang bangsa yang dulu ikut serta dalam melawan penjajah. Kini Pak Harun bekerja sebagai penjual susu keliling. Beliau senang mengamalakan semua ilmu yang beliau dapatkan kepada orang lain, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Dulu di Indonesia pendidilkan memang sangat rendah, karena orang dulu lebih mementingkan bekerja & mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga banyak orang yang buta akan tulisan. Pak Harun mempunyai keinginan yang sangat mulia. Beliau ingin orang-orang Indonesia banyak yang berpendidikan, mulai dari anak-anak hingga orang tua. Oleh karena itu, beliau sering mengajak orang sekitanya untuk belajara berbagai hal.
Karena kecintaannya kepada tanah air, Pak Harun dengan ikhlas melakukan hal-hal yang bisa memajukan bangsa Indonesia saat itu. Matahari mulai sedikit menampakan sinarnya, dengan semangat yang membara Pak Harun mulai meraih sepeda kesayangannya itu dan berangkat ke tempat pemerahan susu sapi untuk mengambil kantong-kantong plastik susu segar yang akan dijualnya keliling.
“Kriek” “Kriek” “Kriek” bunyi sepeda kesayangan Pak Harun. Dengan semangat dia mengayuh sepedanya sambil mendendangkan lagu ke sukaannya. “Desaku yang kucinta pujaan hatiku…..” suara Pak Harun berdendang. Tak lama kemudian sampailah Pak Harun ketempat pemerahan susu. “Pak Harun… susunya itu sudah saya siapkan di keranjangnya” kata seorang pekerja disana. “iya, terima kasih nak….” balas Pak Harun. Kemudian Pak Harun mengambil keranjang yang berisikan susu segar tersebut dan meletakkannya di bagian belakang sepedanya dan mengikatnya. Kemudian siaplah Pak Harun untuk menjual susunya keliling desa.
Berangkatlah Pak Harun menjual susunya keliling desa, disela-sela perjalanannya selalu saja ada orang yang setia menungguhnya untuk membeli susu segar Pak Harun. “Pak Harun!!! , saya mau beli susu” teriak seorang anak. Dengan segera Pak Harun menghentikan ayunan sepedanya “iya nak, mau beli berapa?” tanya Pak Harun “beli 2 pak” jawab anak itu “Baiklah nak” kata Pak Harun sambil menyodorkan susu kepada anak itu “terima kasih Pak…” balasa anak itu sambil memberikan uangnya. Lalu berangkatlah lagi Pak Harun untuk menjual susu tersebut hingga habis.
Matahari mulai naik keatas dan susu-susu itu habis dijualnya keliling desa. dengan hati gembira Pak Harun mengayuh sepedanya untuk pulang kerumah, sebelum pulang ke rumah Pak Harun harus menyetorkan 70% uang hasil penjualannya kepada pemilik tempat pemerahan susu. Setelah itu Pak Harun langsung pulang kerumah kesayangannya, sesampainya dirumah Pak Harun mulai mengisi perutnya yang sudah berteriak-teriak sejak dari tadi. Beliau makan dengan nasi dan lauk seadanya, setelah makan dan beristirahat sejenak.
Tak terasa hari sudah siang, Pak Harun pun mengambil air wudhu dan segera sholat karena waktu sholat telah tiba. Selepas sholat Pak Harun berangkat menuju ke Balai Desa, beliau sudah ditungguh oleh anak-anak yang siap untuk belajar. Karena di desa tersebut jarak antara sekolah dan desa sangat lah jauh, lagi pula biayanya juga mahal, oleh karena itu banyak orang tua tidak menyekolahkan anaknya dan hanya menitipkan pada Pak Harun. Sesampainya Pak Harun dibalai desa, “Pak Harun selamat siang” sapa anak-anak desa dengan serempak “Siang juga anak-anak” jawab Pak Harun sambil tersenyum. kelas Pak Harun hanyalah halaman belakang Balai desa yang hanya dialaskan tikar, disitulah Pak Harun dan anak-anak belajar Dan kelas Pak Harun pun dimulai, dengan bahagianya anak-anak menerima semua pelajaran yang diberikan oleh Pak Harun. Mulai dari membaca, menulis, berhitung dan terkadang juga menceritakan sebuah cerita Dan tak ketinggalan pula, Pak Harun selalu memotivasi anak-anak agar menjadi pemuda yang berguna bagi bangsa Indonesia.
Pak Harun pun sangat senang melakukan hal-hal yang membuat orang lain bahagia, setalah belajar dengan anak-anak selesai. Pak Harun dengan senang hati mengajari para orang tua yang belum bisa membaca. Tak terasa perlahan-lahan sinar matahari muali tenggelam, pertanda hari sudah mulai sore. Pak Harun pun mulai mengayuh sepedanya untuk kembali pulang kerumah, seperti biasa dengan mendendangkan lagu kesukaannnya.
Ditengah-tengah perjalanan ada seorang anak yang memegangi perutnya sambil menangis, dihampirilah oleh Pak Harun “Kamu kenapa nak? Apakah kamu sakit?” tanya Pak Harun “Saya sangat lapar pak” jawab anak itu dengan terseduh-seduh “Oh, kamu lapar? Ayo ikut saya beli makanan ke warung” tawar Pak Harun “Tapi saya tidak punya uang…” jawab anak itu “Tidak apa-apa, saya yang membelikan” ujar Pak Harun “Sungguh pak? , terima kasih pak… terima kasih” jawab anak itu dengan wajah bersinar bahagia.
Diwarung… Anak itu makan dengan sangat lahap, dengan didampingi Pak Harun disampingnya. Disela-sela anak itu makan, Pak Harun bertanya kepada anak itu “Nama kamu siapa nak?” tanya Pak Harun “Saya Jaka pak…” sahut anak kecil itu “Lalu, rumah kamu dimana nak? & kenapa kamu sampai kelaparan seperti tadi?” tanya lagi Pak Harun “Rumah saya ada disebelah sana” jawab jaka dengan menunjuk arah Utara “Kamu tinggal sama siapa?” tanya lagi Pak Harun “Sama Ibu saya, saya tidak boleh pulang sebelum saya mendapatkan uang untuk hari makan hari ini” jelas Jaka “Kasihan sekali kamu…” simpati Pak Harun.
Dalam hati Pak Harun berkata “Ya Allah, kasihan anak ini. tapi, aku sendiri hanya punya uang pas-pasan. Tapi aku tidak tega dengan anak ini” . “Pak saya sudah selesai makan” ujar Jaka yang menyadarkan Pak Harun dari lamunannya. “ohh, iya nak” jawab Pak Harun “Terima kasih banyak Pak…” ucap Jaka “Iya, sama-sama, ini ada sedikit uang buat kamu” kata Pak Harun sambil menyodorkan uang “ini buat saya ???? , Terima kasih pak terima kasih banyak , saya tidak akan lupa pada kebaikan anda pak, terima kasih” balas anak kecil itu.
Kemudian Pak Harun melanjutkan perjalanan pulang ke rumah dan Jaka pun juga pulang kerumahnya. Keesokan harinya, Pak Harun melakukan aktifitas seperti biasanya. Dipagi hari beliau berjualan susu keliling desa dan siangnya mengajar anak-anak dan orang tua. Aktifitas itu beliau tekuni setiap harinya, dan sejak saat itulah Pak Harun terkenal akan kebaikan & kemurahan hatinya. Suatu hari datanglah seorang pemuda kayaraya datang kedesa, pemuda itu bernama Huda, dia adalah seorang pemuda penulis novel. Dia datang karena mendengar cerita kebaikan Pak Harun, dia sangat kagum atas apa yang telah Pak Harun lakukan. Dan ingin mengabadikan kisah Pak Harun dalam sebuh novelnya. Akhirnya Pak Harun pun mendapat bantuan dari pemuda tersebut, Dia membangunkan sebuah tempat belajar untuk anak-anak dan orang tua didekat Balai Desa.
By : Anis Supriantin