Hujan Terakhir Bersamamu

Siang hari yang sangat panas di kota tercintaku Surabaya, entah kenapa tiba-tiba siang ini menjadi lebih panas dari biasanya. Membuat diriku dan Dafa kegerahan saat berangkat sekolah dengan berjalan kaki. “Aduh, panas sekali ya… hari ini” ucapku sambil mengusap keringat di keningku. “Ya Bener Fin, panas banget…” ujar Dafa. Dia sahabat sekaligus teman pertamaku saat aku mulai duduk di bangku SD kleas 1.“Yuk Daf, kita bergegas, agar tidak terlambat” ucapku pada Dafa, kita pun mempercepat langkah kaki agar tidak terlambat. Tak lama kemudian kita sudah sampai di depan gerbang sekolah, disana terpampang besar nama sekolahku dengan di cetak kapital SDN Tunas Bangsa Surabaya.

Kemudian, Bell masuk pun dibunyikan aku dan Dafa bergegas masuk kedalam kelas. Hari ini hari Rabu, waktu jam pelajaran Matematika akan di adakan Ulangan Harian, Bu Nia pun masuk ke kelas dengan menyapa anak-anak “Selamat siang anak-anak … !” , “Siang juga bu…” jawab serentak anak-anak sekelas. “Seperti janji ibu minggu lalu, hari ini kita Ulangan Hariian… ! Setuju…?”Tanya Bu Niapada anak-anak, lantas serentak anak-anak menjawab dengan wajah penuh semangat dan optimis “Setuju….!”
“Apa kalian siap…. ?” tanya lagi Bu Nia dengan rasa senang. Tapi tidak untuk Aku, aku terdiam dan melamun. Aku lupa kalau hari ini ada Ulangan Harian Bab 4, Ditengah aku melamun, Dafa memanggil-manggil namaku “Hey, Fin Alfin… Hey Fin….!”panggil Dafa pada ku dengan suara kecil. Namun aku masih saja melamun, kemudian lemparan kertas kecil mengenai kepalaku yang dilempar oleh Dafa, dan seketika itu aku tersadar dari lamunanku. “Hey, fin kamu kenapa? Kenapa Melamun? Dan cemas seperti itu…?” tanya Dafa padaku.

Aku pun menjawab dengan rasa menyesal“Aku lupa Daf, kalau minggu ini ada Ulangan Harian Matematika, dan semalam aku nggak belajar Matematika”, “Waduh, kan minggu lalu Bu Nia sudah bilang kalau minggu ini ada Ulangan Harian. Kamu kok bisa sampai lupa ?” ujar Dafa. Kemudian Bu Nia berkata “Anak-anak Bu Nia mau membagikan soalnya, kerjakan dengan benar dan teliti ya? Jangan sampai ada nomor yang tidak diisi. Faham semua?”jawab anak-anak “Faham Bu” Saat Bu Nia membagikan soal, aku kebinguan bagaimana cara supaya aku dapat mengerjakan soalnya, padahal aku semalam tidak belajar. Dalam hati berkata “Duh, gimana ya? Apa mungkin aku mencontek? Atau.. ada yang memberiku contekan?, kurasa tidak. Sudahlah kaliini aku memang harus menanggun akibat dari perbuatanku sendiri” Setelah Bu Nia membagikan soalnya Bu Nia berkata “Baiklah anak-anak, waktunya 60 menit ya…? Silahkan mulai mengerjakan“

60 menit kemudian, “Baik anak-anak, waktu sudah habis silahkan dikumpulkan…” ujar Bu Nia. Setelah semua lembaran terkumpul, Bu Nia pun meninggalkan kelas dan mengucapkan salam “Sampai jumpa anak-anak… ” setelah Bu Nia pergi, Dafa menghampiriku dan berkata “Fin, tadi gimana? Apa kamu bisa mengerjakannya?” “Ya Daf, aku mengerjakan sebisaku. Sejujurnya Daf, aku itu nggak suka dengan Matematika. Abisnya matematika itu rumit, harus ginilah, gitulah, aku kan jadi sulit buat memahaminya”jawabku pada Dafa “Ohhh, karena itu… kenapa nggak bilang dari dulu Fin, kalau gitu aku bisa ngajarin kamu” ujar Dafa. “Beneran ya? Yasudah nanti sore aku kerumahmu ya Daf”ucapku.

Setelah pulang sekolah, aku pulang terlebih dahulu untuk makan dan mandi. Setelah itu aku pergi kerumah Dafa, “Ma, aku kerumah Dafa Mau belajar bareng sama dia ” pamitku pada Mamaku. Mama pun menjawab “Iya, hati-hati, sudah makan?”, “Sudah Ma…”jawabku sambil mencium tangan mama. “Lainkaliajak saja Dafa main ke rumah, lagian dia sudah lama nggak main kerumah. Semenjak Ulang tahunmu yang ke 9” ujar mamaku. “Iya, ma… lain kali kuajak dia main ke rumah” aku pun pergi kerumah Dafa dengan naik sepeda, jarak antara rumahku dengan rumahnya berjarak setengah kilometer. Tak lama kemudian, aku sampai ke rumah Dafa. Dan aku pun belajar bersamanya, Tak hanya Matematika, IPS, dan IPA pun juga kita beljar bersama-sama. Menurutku Dafa adalah sahabat terbaikku, bahkan aku berfikiran bahwa dia pandai dalam segala hal. Tak terasa jarum jam menunggujkkan anggka tujuh, ku rasa sudah cukup belajarnya.

Dan aku mau pulang, “Daf, Makasih ya… berkat kamu aku sekarang mulai mengerti tentang pelajaran Matematika. Aku pulang dulu ya…?” ucapku. Dafa pun menjawan “Iyah Fin, Sama-sama Hati-hati ya…” , “Oh iya Daf, mana ayah sama ibumu aku mau berpamitan” ujarku. “Sebentarnya ku panggilkan dulu” Dafa pun memanggil ibunya saja karena Ayahnya sedang tidak enak badan. “Ehhh, ada nak Alfin, kok sudah mau pulang?” tanya ibu Dafa. Aku pun menjawab “Iyah nih buk, sudah malam. Lagi pula belajarnya sudah selesai kok” , “Oh, ya sudah. Hati-hati ya nak”sahut ibunya Dafa. “iyah buk” ucapku. Saat aku mau mengayuh sepedaku tiba-tiba Dafa memanggilku “Tungguh Fin, bareng ya. Aku mau ke apotik depan mau beli obat buat Ayahku, sebentar ya. Aku mau ngeluarin sepeda dulu.” , “Oke, baiklah”jawabku. Aku dan Dafa pun berngkat bersama-sama, namun kita harus berpisah saat di pertigaan, Dafa memutuskan untuk belok kekiri sedangkan aku belok kekanan.

Satu minggu kemudian saat datanglah hari rabu, dan pembagian hasil Ulangan Harian minggu lalu. Saat pembagian Bu Nia menasihatiku karena nilai matematikaku jelek. Tapi syukurlah karena aku punya sahabat yang bisa mengajariku pelajaran yang tidak aku kuasai. Minggun ini sudah mulai masuk musim penghujan menurut perkiraan cuaca di telvisi. Di samping itu pula beredar berita ada penculikan anak-anak seumuranku, dan aku pun memberitahukan pada Dafa. “Hey, Daf kemarin ditelevisi beredar penculikan anak-anak seusia kita loh…” , “Masa si Fin, emang kamu tau dari mana?”sahut Dafa “Dari televisilah, Aku jadi takut nihhh” jawabku.Saat pulang sekolah hujan pun turun dengan lebat , aku dan Dafa pun mutuskan untuk hujan-hujan karena seragam yang kita kenakan besoknya tidak di pakai lagi, kita berdua pun bersenang-senag main air hujan, sangat seru ketika bertemu dengan beberapa teman kita juga yang pulang juga kehujanan. Kami pun bercanda tawa, lari lari kesana kemari.

Kemudian kita lagi-lagi harus bepisah di perempatan, aku harus berjalan belok kekanan dan Dafa harus tetap berjalan lurus. Dan Dafa pun berpamita padaku “Bye, Fin. Semoga kita bejumpa kembali.” , “Iya Daf, hati-hati” jawabku, aku pun bergegas masuk kedalam rumah karena hujanya semakin lebat dan dingin. Malam harinya sekitar pukul tujuh kedua orang tua Dafa mendatangi rumahku, dan bertanya apakah Dafa ada dirumahku. Aku menjawabnya “loh, bukannya dia sudah pulang tadi sore buk, aku dan Dafa pulang bersama buk, namun kita harus berpisah saat di perempatan depan” kedua orang tua Dafa pun semakin panik, karena Dafa belum juga pulang kerumah.

Aku pun berfirasa buruk dalam hati ku berkata “Mungkinkah Dafa diculik ?” Dan kedua orang tuaku pun baru saja datang dari kerja, lalu aku memberitahukan semua yang terjadi. Papaku langsung sigap dan melaporkan pada polisi. Pihak polisi pun bilang “Kasus seperti ini hanya bisa ditangani jika Dafa sudah hilang 24jam”, aku kasihan dengan Kedua orang tuanya Dafa. Mereka pasti cemas memikirkannya. Tiba-tiba ada tetangganya Dafa datang untuk mencari Ibu dan Ayahnya, katanya Dafa telah pulang. Kami semua disini lantas terkejut ,Aku dan kedua orang tuanya Dafa langsung pulang kerumahnya.Papa dan Mamaku juga ikut pergi ke rumah Dafa. Dan tangisan kedua orang tuanya Dafa pun pecah ketika melihat Dafa telah terbujur kaku saat ditemukan warga sekitar, menurut saksi mata Dafa telah tertabrak lari. Tangis kedua orang tuanya pun tak terhenti, begitu juga denganku. Padahal Dia telah mengajarkan ku banyak hal. Tapi mengapa dia pergi terlalu cepat. Aku pun menyesalinya. Aku ikut menghantarkan ketempat peristirahatan terakhirnya. Satu minggu kemudian, aku menggunjungi tempat peristirahatan terakhir Dafa. Aku berdoa semoga semua amal ibadahnya diterima oleh tuhan. Rasa menyesal atas kepergiannya masih membayangiku. Seharunya aku harus selalu ada di sampingnya. Dia akan kukenang sampai akhir hidupku. Dia adalah sahabat terbaikku.

Categories: Storiette