Di Balik Kehidupan

         Di sebuah sekolah lembaga pendidikan Islam. Dimana pada hari pertama ada seorang anak perempuan yang dinilai oleh pihak guru dan teman-temannya sangat pendiam dan sangat tertutup, kegiatan sehari-harinya ialah membaca dan belajar secara terus-menerus. Dia selalu mendapat nilai sangat baik, sehingga membuat Ia selalu mendapatkan rangking di kelasnya. Dia tidak pernah melanggar peraturan yang ada di sekolah, sehingga Dia pun selalu mendapatakan pujian dari guru dan kepala sekolah.Tetapi selama ini dirinya selalu tertutup dan tidak pernah berbaur dengan teman-temannya di sekolah, sehingga pihak guru penasaran dengan sifatnya itu. Dan di hari ke dua si perempuan itu berangkat sekolah dengan berjalan kaki, jarak sekolah dan rumahnya sangat jauh sehingga membuat Ia berjalan kaki.

Dibalik Kehidupan 2

          Di sekitar rumahnya jarang adanya transportasi umum dan membuatnya berjalan kaki cukup jauh, setiba di sekolah Ia langsung menuju ke kelasnya dan Ia tidak berbaur dengan teman-temannya. Pelajaran pun di mulai dimana semua berjalan dengan lancar, setelah beberapa jam telah melaksanakan pelajaran Ia pergi di luar kelas dan duduk di bawah pohon. Di situ dia melihat teman-teman yang lainnya merasa dengan kebutuhan yang cukup, tetapi Ia tidak. Perempuan tersebut hanya bisa memandang saja, tidak berapa lama kemudian si Perempuan tersebut melihat sisa-sisa makanan yang berserakan. Kemudian perempuan tersebut mencoba untuk mengumpulkan dan di bawa pulang ke rumah untuk keluarganya, Ia mengambil sisa-sisa makanan yang masih layak untuk di makan dan tanpa sepengetahuan guru maupun orang lain. Lalu Ia langsung menaruh sisa-sisa tersebut pada tasnya.          

           Pihak sekolah SMA putri di daerah sebuah desa menetapkan kebijakan bahwa adannya pemeriksaan mendadak bagi seluruh siswi di dalam kelas. Sebagaimana di tegaskan oleh seorang pengawas sekolah bahwa pemeriksaan itu bertujuan untuk merazia barang – barang yang dilarang dibawa ke dalam sekolah. Contohnya seperti: Handphone yang dilengkapi dengan kamera, foto – foto, surat – surat, alat kecantikan dan lain sebagainya. Yang mana seharusnya memang sebuah lembaga pendidikan sebagai pusat ilmu, bukan untuk hal – hal yang tidak baik. Lantas pihak sekolah melakukan pemeriksaan di seluruh kelas, mereka keluar kelas dan masuk kelas lain. Sementara tas para siswi terbuka di hadapan mereka. Tas – tas tersebut tidak berisi apapun melainkan beberapa buku, pulpen, dan peralatan sekolah lainnya. Semua kelas sudah diperiksa, tetapi hanya tersisa satu kelas saja. Dimana kelas tersebut terdapat seorang siswi yang menceritakan kisahnya. Dengan penuh percaya diri, tim pemeriksa masuk ke dalam kelas. Mereka meminta izin untuk memeriksa tas sekolah para siswi di kelas itu. Pemeriksaan pun dimulai…

            Di salah satu sudut kelas, ada seorang siswi yang dikenal sangat pendiam dan pemalu. Ia juga dikenal sebagai seorang siswi yang berakhlak sopan dan santun. Ia tidak suka berbaur dengan siswi yang lainnya, melainkan Ia suka menyendiri. Padahal Ia sangat pintar dan tekun dalam belajar. Ia memandang pemeriksa dengan penuh ketakutan, sementara tangannya berada di dalam tas miliknya. Semakin dekat giliran untuk diperiksa, semakin Ia tampak takut pada wajahnya. Apa sebenarnya yang disembunyikan siswi tersebut di dalam tasnya?!. Tidak lama kemudian, tibalah gilirannya untuk diperiksa. Dia memegangi tasnya dengan kuat, seolah mengatakan Demi ALLAH kalian tidak boleh membukannya!!. Kini giliran Ia diperiksa, dan dari sinilah kisahnya dimulai…  ”Buka tasmu wahai putriku” ,Tanya pemeriksa tersebut. Siswi tersebut memandang si pemeriksa dengan raut muka sedih, Ia pun telah meletakkan tasnya dalam pelukannya… “Berikan tasmu”, Tanya lagi si pemeriksa. Ia menoleh dan menjerit, “Tidak! Tidak! Tidak!”. Perdebatan pun terjadi, “Berikan tasmu!” bentak sang pemeriksa. Perdebatan pun mulai terjadi, Apakah sebenarnya yang membuat siswi tersebut menolak untuk diperiksa pada tasnya?

            Apa yang ada pada dalam tas miliknya dan Ia takut dipergoki oleh Tim pemeriksa?. Keributan pun terjadi dan mereka saling berebut, sementara tas tersebut masih di pegang erat dan pemeriksa belum berhasil merampas tas tersebut dari tangan siswi, karena Ia memeluknya dengan penuh kesedihan!. Seluruh tim pemeriksa dan siswi terkejut, dan mereka melotot karena siswi itu menangis dengan penuh kesedihan yang mendalam. Para guru yang mengenalnya sebagai sosok siswi yang pintar dan disiplin terkejut melihat kejadian tersebut, Tempat itu pun berubah menjadi hening…  Ya ALLAH, apa sebenarnya yang terjadi dan apa gerangan yang ada di dalam tas siswi tersebut. Apakah mungkin siswi tersebut??

            Setelah berdisikusi kembali, tim pemeriksa setuju untuk membawa siswi tersebut menuju kantor kepala sekolah. Dengan syarat jangan sampai perhatian mereka berpaling dari siswi tersebut, supaya tidak bisa melemparkan sesuatu dari dalam tasnya sehingga dapat terbebas begitu saja. Dan mereka pun membawa siswi tersebut dengan penjagaan yang ketat dari tim dan para guru, kemudian siswi tersebut telah memasuki ruang kantor sekolah sementara air matanya masih mengalir terus-menerus. Ia memperhatikan orang – orang disekitarnya dengan penuh kebencian, karena mereka akan mempermalukannya di depan umum. Karena sikapnya selama satu tahun ini baik dan tidak melakukan kesalahan dan pelanggaran, maka kepala sekolah menenangkannya dan parasiswi lainnya agar membubarkan diri. Dan dengan penuh santun, kepala sekolah juga memohon agar para guru meninggalkan ruangannya sehingga yang tersisa hanya tim pemeriksa.

            Kepala sekolah berusaha menenangkan siswi tersebut, lantas bertanya padanya “Apa yang engkau sembunyikan, wahai putriku…?”. Dalam sekejap siswi tersebut membuka tasnya. Di dalam tas tersebut tidak ada benda terlarang atau haram, atau handphone atau foto – foto, Demi ALLAH, itu semuanya tidak ada!. Tidak ada dalam tas itu melainkan sisa – sisa roti… Yah, itulah yang ada dalam tas tersebut. Setelah Ia merasa tenang, siswi itu berkata, “Sisa – sisa roti ini adalah sisa – sisa dari para siswi yang mereka buang ke tanah, kemudian aku kumpulkan untuk kemudian aku makan dengan sebagiannya dan membawa sisanya pulang untuk keluargaku. Ibu dan adik – adikku di rumah tidak memiliki sesuatu untuk mereka makan di siang, sore, dan malam hari jika aku tidak membawakan untuk mereka sisa – sisa roti ini…  Kami adalah keluarga yang serba kekurangan yang tidak memiliki apa – apa. Kami tidak mempunyai saudara dan tidak ada yang peduli sama kami…”, ujar siswi tersebut sambil menunduk malu dan sedih. “Inilah yang membuatku untuk menolak membuka tas, agar tidak dipermalukan di hadapan teman se-kelas. Yang mana mereka akan terus menerus menghinaku di sekolah, sehingga kemungkinan tersebut dapat menyebabkan aku tidak dapat meneruskan pendidikanku karena merasa terhina dan rasa malu. Maka saya meminta maaf sekali lagi kepada Anda semua atas perilaku saya yang tidak sopan…”.

            Di saat itu juga, semua yang hadir di ruangan tersebut tak kuasa menahan air mata bahkan beberapa guru menangis sambil memeluk siswi tersebut. Maka tirai jendela di tutup karena ada kejadian yang menyedihkan tersebut, dan kita berharap untuk tidak menyaksikannya. Karena ini adalah satu dari kejadian yang kemungkinan ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan dan desa kita sementara kita tidak mengetahuinya sama sekali atau bahkan kita biasa berpura – pura tidak mengenal mereka. Dan wajib bagi seluruh sekolah maupun lembaga pendidikan yang lainnya untuk mendata kondisi ekonomi para siswa – siswinya, agar orang yang ingin membantu keluarga fakir miskin dapat juga mengenalinya dengan baik. Kita memohon kepada ALLAH agar tidak menghinakan orang yang mulia dan juga memohon kepada-Nya, agar Ia selalu menjaga kami mapun kaum Muslimin di setiap tempat.

Categories: Storiette